Starting this October 2013, Pasukan Oranges will not only talk about Trash! We will be more open to talk about everything that is good and positive for a better world :D
Bagi teman-teman pengendara motor dan mobil yang sering melintasi jalur busway, lebih baik mulai sekarang mengurungkan niat tersebut. Kenapa? Karena per Senin, 25 November 2013 lalu, telah diberlakukan uji coba denda bagi pengendara motor yang melintasi jalur busway maksimal Rp 500.000,- dan maksimal Rp 1.000.000,- bagi pengedara mobil atau roda empat dan lebih lainnya. Peraturan tersebut diberlakukan untuk mensterilisasikan jalur busway.
Dihari pertama saja, dikutip dari salah satu artikel di Yahoo.com, sudah terkumpul sebanyak Rp 127 juta hasil tilang kendaraan bermotor yang melintasi jalur busway. Kasus tilang terbanyakpun di menangkan di Jakarta Barat (wah gawat inih).
Nah, buat teman-teman yang tidak mau kena macet dan mendukung Jakarta lebih lancar (di jalanannya), ayo beralih ke transportasi umum seperti Busway, kereta, dan lain-lainnya. Kalaupun mau tetap menggunakan kendaraan pribadi, TAATI peraturan lalu lintas agar tidak kena tilang dan tidak membahayakan pengendara lainnya.
Jangan karena keserakahan kita saat berkendara, hal tersebut membawa kita menjadi ditilang dan kehilangan uang hingga Rp 1 juta.
Khususnya pengendara motor, ayo mulai perlengkapi kendaraan motor dengan SIM, STNK, lampu motor yang menyala baik siang maupun malam, sepasang kaca spion dan helm SNI. Saat ini sudah semakin banyak polisi yang melakukan razia kendaraan bermotor. Daripada uang jadi berkurang karena kena tilang, lebih baik uang disimpan dan tetap mematuhi tata terbib berkendara.
Ayo taati peraturan mulai sekarang, jangan tunggu kena tilang dan menyesal yah! Have a nice day :D
Saya membaca sebuah artikel di Yahoo.com tentang anjing Pitbull yang dilatih untuk menjadi petarung melawan Pitbull lainnya. Kejam! Saya hanya ingin berbagi informasi agar teman-teman tahu dan turut prihatin dengan tidak melakukannya. Berikut kutipan dari yahoo.
Ranggawisnu, juru
bicara Koalisi Masyarakat Nasional Antikekerasan Hewan Indonesia,
menjelaskan bagaimana organisasinya bisa menemukan beberapa ajang
pertarungan pitbull tersebut.
Tiket masuk ke
pertarungan-pertarungan ini dijual seharga Rp500 ribu-Rp1 juta dengan
lokasi yang berpindah-pindah di Bali. Pertarungan pun diadakan dengan
sembunyi-sembunyi.
Rekaman sembunyi-sembunyi dan foto-foto yang
diambil menunjukkan kandang pertandingan yang terbuat dari papan penuh
dengan darah. Rekaman itu juga menunjukkan bagaimana dua pitbull lebih
dulu dipisah dan diberdirikan oleh penjaganya dengan posisi saling
memunggungi. Begitu mereka dilepas, keduanya langsung menyerang satu
sama lain. Salah satu pitbull dalam rekaman itu yang berwarna putih
terlihat dalam posisi tiduran dan kakinya meronta-ronta dari gigitan
pitbull di atasnya yang berwarna cokelat.
Sama halnya dengan
pertunjukan topeng monyet yang monyetnya dilatih agar patuh,
anjing-anjing pitbull yang bertarung ini dikondisikan untuk saling
menyerang.
Pitbull, menurut Rangga, adalah hewan yang sangat
patuh pada pemiliknya. Maka salah satu cara pemiliknya untuk
mengondisikan si pitbull menjadi penyerang adalah dengan menyuruh
menggigit. "Kalau mereka sudah menggigit, tidak akan bisa lepas. Malah
kadang butuh tang untuk melepaskan gigitannya," kata Rangga.
Dari
pembiakannya, mereka dipuasakan, dipukuli, atau diadu antarmereka
sendiri dan dipaksa mengiggit. Dessy Zahara Angelina, Program Manager
Animal Friends Yogyakarta malah memberikan gambaran yang lebih detail.
Ada anjing-anjing pitbull yang dilatih di treadmill khusus untuk menjaga
kekuatan mereka. Ada juga yang ditaruh di lahan kosong tanpa
perlindungan, terpapar pada cuaca, lalu hanya diberi makanan seadanya
tanpa minuman.
Dari sini, anjing pitbull akan 'diseleksi' untuk
melihat yang kondisinya paling kuat. Baru setelah itu, mereka yang
terpilih akan diisolasi dan diberi nutrisi pilihan buat bekal
pertarungan. Jika di pertarungan mereka kalah, maka akan dikembalikan ke
lapangan lagi.
Uang bukanlah motivasi utama bagi mereka yang
terlibat dalam pertarungan pitbull, karena toh mereka para pemilik
anjing sudah mengeluarkan uang yang juga besar untuk memelihara para
petarung ini.
Memang, baik di Yogyakarta atau Bali, ada uang
ratusan juta yang berputar dalam pertarungan ini. Namun, unsur
kebanggaan memiliki pitbull dengan trah termurni menjadi motivasi yang
lebih besar. Pertarungan menjadi cara bagi si pemilik untuk 'mengetes'
kemurnian trah pitbull yang mereka miliki.
Di Bali, sejak
November 2010 sampai November 2013 ini, setidaknya sudah ada enam kali
pertarungan, dan sekali coaching clinic oleh seorang pelatih sekaligus
juri, pembiak, dan motivator asal Brasil.
Pada Juli 2013, polisi
sempat membubarkan acara ini, namun sayangnya para penyelenggara tak
dikenai KUHP Pasal 302 tentang Penelantaran dan Penyiksaan Hewan.
"Mereka hanya sempat ditahan karena tidak memiliki izin keramaian.
Sayang sekali sehingga hewannya tak dapat disita," kata Rangga.
Penyelenggara memang mengajukan izin ke aparat setempat, namun
menyamarkannya sebagai ajang pameran atau acara olahraga.
Yogyakarta
malah menurut Dessy menjadi markas utama ajang pertarungan pitbull.
Pada 2009, malah polsek tempat pertarungan tersebut diadakan ikut
mengawal sampai menjaga pintu masuk ajang pertarungan. "Kami laporkan
itu ke tingkat Polda, bahwa kenapa polsek justru mendukung aktivitas
yang melanggar Pasal 302 KUHP?"
Sama seperti di Bali, acara
pertarungan pitbull di Yogyakarta pun dilakukan sembunyi-sembunyi, hanya
dari SMS dan mulut ke mulut. Harga tiket masuknya relatif lebih murah,
yaitu Rp100 ribu.
Namun pengunjung yang datang bukan hanya dari
Yogyakarta, tapi juga dari Semarang, Malang, Surabaya, sampai Bali.
Bahkan pengunjung dari Bali pun saat itu terliaht mempelajari
sistem-sistem pertarungan. 'Anakan' pitbull dari Bali juga saat itu
dibeli dengan murah dari Yogya. Rangga menghitung, kira-kira Rp5
juta-Rp7 juta dikeluarkan hanya untuk membeli anakannya.
Di
pintu masuk pertarungan, hp harus dimatikan, alat perekam pun tak
diperbolehkan, karena nantinya ada dokumentasi resmi pertarungan pitbull
yang diperjualbelikan. Namun toh, Dessy bisa menampilkan dokumentasi
tersebut dalam konferensi pers soal pertarungan pitbull ini di Jakarta,
Senin (24/11).
Sejak 2009, menurut Dessy, tak ada lagi aktivitas
pertarungan pitbull tingkat nasional yang terjadi di Yogyakarta. Meski
begitu, aktivitas kecil-kecilan masih terjadi. Polda DI Yogyakarta,
menurut dia, sudah siap menindak, namun harus ada Peraturan Daerah atau
Peraturan Gubernur yang menguatkan itu.
Pemprov DI Yogyakarta
juga kini sudah mengeluarkan surat edaran yang ditandatangani oleh
Sekretaris Daerah yang menyatakan tak akan memberi izin atas segala
aktivitas yang melakukan kekerasan terhadap hewan.
Bukannya
berhenti, turnamen-turnamen ini malah hanya pindah wilayah. Dari
Yogyakarta, Dessy menyebut Malang sebagai tujuan basecamp baru karena
keberadaan beking-beking. Dari Malang, atau dari beberapa kota di
Indonesia itu, para pemilik pun membawa anjing-anjing mereka ke
pertarungan pitbull internasional di Filipina dan Thailand.
Pencinta
satwa dan pemilik pitbull Chico Hakim, yang hadir di konferensi pers
itu, bilang, bukannya ajang serupa ini tak ada di negara lain. "Tetap
terjadi, tapi sudah dilarang secara tegas." Media pun, menurut Chico,
kerap hanya membungkus fenomena semacam ini sebagai sebuah tren menarik,
tapi bukan sebagai bagian dari penyiksaan hewan.
Dessy
menambahkan, awalnya, klab pemilik anjing di Yogyakarta sempat tegas
pada penyelenggara pertarungan. Lama-lama mereka takut juga. Alasan
utamanya, "Mereka sangsi dengan kemampuan kepolisian menindak para
penyelenggara ini."
Padahal, menurut Rangga, bukan hanya Pasal
302 KUHP yang bisa digunakan untuk menjerat para penyelenggara ajang
tarung pitbull, tapi juga adanya surat edaran Dirjen Peternakan
berdasarkan rekomendasi Perkumpulan Kinologi Indonesia (Perkin) pada
2009 yang mengimbau untuk tidak membiakkan pitbull di Indonesia karena
masih banyak yang awam dalam pengendaliannya.
Pitbull-pitbull
yang dibiasakan untuk menggigit dalam pertarungan ini, menurut Rangga,
bisa jadi bahaya tersendiri bagi masyarakat awam. Namun, tanpa bahaya
itu pun, praktik penyiksaan yang terjadi dalam pertarungan pitbull sudah
cukup jadi alasan untuk menghentikannya. berikut contoh videonya..
Itulah guys beritanya. Betapa kejamnya para pemilik anjing Pitbull yang membuat peliharaannya menjadi petarung seperti itu. Bayangkan kalau kita di posisi binatang, berempatilah, maukah anda dibiarkan lapar dan dipaksa latihan untuk menyakiti sesamanya dan diri sendiri??? Hingga terluka dan berdarah??? Maka daripada itu, buat teman-teman yang punya binatang peliharaan, ayo dijaga dan disayang binatangnya. Boleh dilatih, tapi jangan dilatih melakukan hal yang negatif.
Cintai sesama mahluk hidup, karena kita adalah sesama mahluk ciptaan Tuhan. Have a nice day :D