Starting this October 2013, Pasukan Oranges will not only talk about Trash! We will be more open to talk about everything that is good and positive for a better world :D
Bagi teman-teman pengendara motor dan mobil yang sering melintasi jalur busway, lebih baik mulai sekarang mengurungkan niat tersebut. Kenapa? Karena per Senin, 25 November 2013 lalu, telah diberlakukan uji coba denda bagi pengendara motor yang melintasi jalur busway maksimal Rp 500.000,- dan maksimal Rp 1.000.000,- bagi pengedara mobil atau roda empat dan lebih lainnya. Peraturan tersebut diberlakukan untuk mensterilisasikan jalur busway.
Dihari pertama saja, dikutip dari salah satu artikel di Yahoo.com, sudah terkumpul sebanyak Rp 127 juta hasil tilang kendaraan bermotor yang melintasi jalur busway. Kasus tilang terbanyakpun di menangkan di Jakarta Barat (wah gawat inih).
Nah, buat teman-teman yang tidak mau kena macet dan mendukung Jakarta lebih lancar (di jalanannya), ayo beralih ke transportasi umum seperti Busway, kereta, dan lain-lainnya. Kalaupun mau tetap menggunakan kendaraan pribadi, TAATI peraturan lalu lintas agar tidak kena tilang dan tidak membahayakan pengendara lainnya.
Jangan karena keserakahan kita saat berkendara, hal tersebut membawa kita menjadi ditilang dan kehilangan uang hingga Rp 1 juta.
Khususnya pengendara motor, ayo mulai perlengkapi kendaraan motor dengan SIM, STNK, lampu motor yang menyala baik siang maupun malam, sepasang kaca spion dan helm SNI. Saat ini sudah semakin banyak polisi yang melakukan razia kendaraan bermotor. Daripada uang jadi berkurang karena kena tilang, lebih baik uang disimpan dan tetap mematuhi tata terbib berkendara.
Ayo taati peraturan mulai sekarang, jangan tunggu kena tilang dan menyesal yah! Have a nice day :D
Saya membaca sebuah artikel di Yahoo.com tentang anjing Pitbull yang dilatih untuk menjadi petarung melawan Pitbull lainnya. Kejam! Saya hanya ingin berbagi informasi agar teman-teman tahu dan turut prihatin dengan tidak melakukannya. Berikut kutipan dari yahoo.
Ranggawisnu, juru
bicara Koalisi Masyarakat Nasional Antikekerasan Hewan Indonesia,
menjelaskan bagaimana organisasinya bisa menemukan beberapa ajang
pertarungan pitbull tersebut.
Tiket masuk ke
pertarungan-pertarungan ini dijual seharga Rp500 ribu-Rp1 juta dengan
lokasi yang berpindah-pindah di Bali. Pertarungan pun diadakan dengan
sembunyi-sembunyi.
Rekaman sembunyi-sembunyi dan foto-foto yang
diambil menunjukkan kandang pertandingan yang terbuat dari papan penuh
dengan darah. Rekaman itu juga menunjukkan bagaimana dua pitbull lebih
dulu dipisah dan diberdirikan oleh penjaganya dengan posisi saling
memunggungi. Begitu mereka dilepas, keduanya langsung menyerang satu
sama lain. Salah satu pitbull dalam rekaman itu yang berwarna putih
terlihat dalam posisi tiduran dan kakinya meronta-ronta dari gigitan
pitbull di atasnya yang berwarna cokelat.
Sama halnya dengan
pertunjukan topeng monyet yang monyetnya dilatih agar patuh,
anjing-anjing pitbull yang bertarung ini dikondisikan untuk saling
menyerang.
Pitbull, menurut Rangga, adalah hewan yang sangat
patuh pada pemiliknya. Maka salah satu cara pemiliknya untuk
mengondisikan si pitbull menjadi penyerang adalah dengan menyuruh
menggigit. "Kalau mereka sudah menggigit, tidak akan bisa lepas. Malah
kadang butuh tang untuk melepaskan gigitannya," kata Rangga.
Dari
pembiakannya, mereka dipuasakan, dipukuli, atau diadu antarmereka
sendiri dan dipaksa mengiggit. Dessy Zahara Angelina, Program Manager
Animal Friends Yogyakarta malah memberikan gambaran yang lebih detail.
Ada anjing-anjing pitbull yang dilatih di treadmill khusus untuk menjaga
kekuatan mereka. Ada juga yang ditaruh di lahan kosong tanpa
perlindungan, terpapar pada cuaca, lalu hanya diberi makanan seadanya
tanpa minuman.
Dari sini, anjing pitbull akan 'diseleksi' untuk
melihat yang kondisinya paling kuat. Baru setelah itu, mereka yang
terpilih akan diisolasi dan diberi nutrisi pilihan buat bekal
pertarungan. Jika di pertarungan mereka kalah, maka akan dikembalikan ke
lapangan lagi.
Uang bukanlah motivasi utama bagi mereka yang
terlibat dalam pertarungan pitbull, karena toh mereka para pemilik
anjing sudah mengeluarkan uang yang juga besar untuk memelihara para
petarung ini.
Memang, baik di Yogyakarta atau Bali, ada uang
ratusan juta yang berputar dalam pertarungan ini. Namun, unsur
kebanggaan memiliki pitbull dengan trah termurni menjadi motivasi yang
lebih besar. Pertarungan menjadi cara bagi si pemilik untuk 'mengetes'
kemurnian trah pitbull yang mereka miliki.
Di Bali, sejak
November 2010 sampai November 2013 ini, setidaknya sudah ada enam kali
pertarungan, dan sekali coaching clinic oleh seorang pelatih sekaligus
juri, pembiak, dan motivator asal Brasil.
Pada Juli 2013, polisi
sempat membubarkan acara ini, namun sayangnya para penyelenggara tak
dikenai KUHP Pasal 302 tentang Penelantaran dan Penyiksaan Hewan.
"Mereka hanya sempat ditahan karena tidak memiliki izin keramaian.
Sayang sekali sehingga hewannya tak dapat disita," kata Rangga.
Penyelenggara memang mengajukan izin ke aparat setempat, namun
menyamarkannya sebagai ajang pameran atau acara olahraga.
Yogyakarta
malah menurut Dessy menjadi markas utama ajang pertarungan pitbull.
Pada 2009, malah polsek tempat pertarungan tersebut diadakan ikut
mengawal sampai menjaga pintu masuk ajang pertarungan. "Kami laporkan
itu ke tingkat Polda, bahwa kenapa polsek justru mendukung aktivitas
yang melanggar Pasal 302 KUHP?"
Sama seperti di Bali, acara
pertarungan pitbull di Yogyakarta pun dilakukan sembunyi-sembunyi, hanya
dari SMS dan mulut ke mulut. Harga tiket masuknya relatif lebih murah,
yaitu Rp100 ribu.
Namun pengunjung yang datang bukan hanya dari
Yogyakarta, tapi juga dari Semarang, Malang, Surabaya, sampai Bali.
Bahkan pengunjung dari Bali pun saat itu terliaht mempelajari
sistem-sistem pertarungan. 'Anakan' pitbull dari Bali juga saat itu
dibeli dengan murah dari Yogya. Rangga menghitung, kira-kira Rp5
juta-Rp7 juta dikeluarkan hanya untuk membeli anakannya.
Di
pintu masuk pertarungan, hp harus dimatikan, alat perekam pun tak
diperbolehkan, karena nantinya ada dokumentasi resmi pertarungan pitbull
yang diperjualbelikan. Namun toh, Dessy bisa menampilkan dokumentasi
tersebut dalam konferensi pers soal pertarungan pitbull ini di Jakarta,
Senin (24/11).
Sejak 2009, menurut Dessy, tak ada lagi aktivitas
pertarungan pitbull tingkat nasional yang terjadi di Yogyakarta. Meski
begitu, aktivitas kecil-kecilan masih terjadi. Polda DI Yogyakarta,
menurut dia, sudah siap menindak, namun harus ada Peraturan Daerah atau
Peraturan Gubernur yang menguatkan itu.
Pemprov DI Yogyakarta
juga kini sudah mengeluarkan surat edaran yang ditandatangani oleh
Sekretaris Daerah yang menyatakan tak akan memberi izin atas segala
aktivitas yang melakukan kekerasan terhadap hewan.
Bukannya
berhenti, turnamen-turnamen ini malah hanya pindah wilayah. Dari
Yogyakarta, Dessy menyebut Malang sebagai tujuan basecamp baru karena
keberadaan beking-beking. Dari Malang, atau dari beberapa kota di
Indonesia itu, para pemilik pun membawa anjing-anjing mereka ke
pertarungan pitbull internasional di Filipina dan Thailand.
Pencinta
satwa dan pemilik pitbull Chico Hakim, yang hadir di konferensi pers
itu, bilang, bukannya ajang serupa ini tak ada di negara lain. "Tetap
terjadi, tapi sudah dilarang secara tegas." Media pun, menurut Chico,
kerap hanya membungkus fenomena semacam ini sebagai sebuah tren menarik,
tapi bukan sebagai bagian dari penyiksaan hewan.
Dessy
menambahkan, awalnya, klab pemilik anjing di Yogyakarta sempat tegas
pada penyelenggara pertarungan. Lama-lama mereka takut juga. Alasan
utamanya, "Mereka sangsi dengan kemampuan kepolisian menindak para
penyelenggara ini."
Padahal, menurut Rangga, bukan hanya Pasal
302 KUHP yang bisa digunakan untuk menjerat para penyelenggara ajang
tarung pitbull, tapi juga adanya surat edaran Dirjen Peternakan
berdasarkan rekomendasi Perkumpulan Kinologi Indonesia (Perkin) pada
2009 yang mengimbau untuk tidak membiakkan pitbull di Indonesia karena
masih banyak yang awam dalam pengendaliannya.
Pitbull-pitbull
yang dibiasakan untuk menggigit dalam pertarungan ini, menurut Rangga,
bisa jadi bahaya tersendiri bagi masyarakat awam. Namun, tanpa bahaya
itu pun, praktik penyiksaan yang terjadi dalam pertarungan pitbull sudah
cukup jadi alasan untuk menghentikannya. berikut contoh videonya..
Itulah guys beritanya. Betapa kejamnya para pemilik anjing Pitbull yang membuat peliharaannya menjadi petarung seperti itu. Bayangkan kalau kita di posisi binatang, berempatilah, maukah anda dibiarkan lapar dan dipaksa latihan untuk menyakiti sesamanya dan diri sendiri??? Hingga terluka dan berdarah??? Maka daripada itu, buat teman-teman yang punya binatang peliharaan, ayo dijaga dan disayang binatangnya. Boleh dilatih, tapi jangan dilatih melakukan hal yang negatif.
Cintai sesama mahluk hidup, karena kita adalah sesama mahluk ciptaan Tuhan. Have a nice day :D
read this! important! copied directly from regional.kompas.com
MALANG, KOMPAS.com - Mistar (34), penderita tumor di wajah asal Desa Rejosari, Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang, Jawa Timur, menangis karena ditolak Dinas Kesehatan setempat saat meminta surat Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Jamkesmas itu tadinya sebagai bekal untuk berobat dan operasi tumor yang dideritanya selama 32 tahun.
Mistar didampingi Juari, kepala Rejosari mendatangi kantor Dinkes Kabupaten Malang pada Senin (7/10/2013). Setelah Dinkes Malang menolaknya, ia duduk sambil menangis di halaman kantor Dinkes.
Ditemui para wartawan, Mistar bercerita sembari meneteskan air mata. "Saya menderita tumor di wajah ini sudah 32 tahun lamanya. Saya hidup membujang, karena tak ada perempuan yang mau menikah dengan saya akibat tumor ini," keluhnya.
Kondisi tumor Mistar sudah cukup membesar. Tonjolan besar sudah nyaris menutupi seluruh wajahnya. Pada tahun 2002 dan 2005 lalu, Mistar sudah mencoba berusaha untuk operasi tumor yang dideritanya. "Saat itu, biayanya menggunakan asuransi kesehatan," katanya.
Namun, upaya tersebut belum menyembuhkan tumor yang diderita Mistar. Kondisi tumornya masih saja terus membesar. "Saat ini saya mencoba mau minta surat Jamkesmas. Tapi malah ditolak oleh Dinkes," katanya.
Setiap tiga hari sekali, Mistar harus merasakan rasa sakit di wajahnya. "Setiap tiga hari sekali wajah saya terasa panas dan sakit sekali. Seperti ada yang membakar wajah saya," katanya.
Sebelum mendatangi kantor Dinkes, Mistar mengaku sudah mendatangi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kanjuruhan, milik Pemerintah Kabupaten Malang. "Siapa tahu bisa operasi tumor saya dengan gratis, karena saya warga miskin. Tapi rumah sakit angkat tangan," katanya.
Karena RSUD Kanjuruhan tak bisa menanganinya, Humas RSUD Kanjuruhan Suwarno, mengantar Mistar ke Poliklinik bedah. Namun dokter poliklinik mengaku tak bisa menanganinya. Pihak dokter menyarankan Mistar berobat ke Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Malang milik Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
"Kalau tumornya masih kecil katanya bisa menanganinya. Karena tumor saya sudah besar dokternya tidak siap menangani," kata Mistar.
Agar bisa dioperasi di RSSA Malang, Mistar harus memiliki kartu Jamkesmas dari Pemda Malang. Ia pun mendatangi kantor Dinkes Kabupaten Malang. "Saat ke kantor Dinkes malah saya dicuekin para pegawai yang ada di sana. Pegawai Dinkes mengaku tidak berani mengeluarkan Jamkesmas tanpa sepengetahuan Kepala Dinkes. Ya, saya harus pulang dan menangis meratapi nasib saya ini. Memang susah, mas jadi warga miskin," keluhnya sembari kembali meneteskan air.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Malang, Musyidah mengelak dikatakan menolak permohonan Mistar untuk mendapatkan Jamkesmas. "Kami tidak menolak. Kami akan cek dulu lagi di data base. Jika tidak ada, kami akan mengupayakan untuk penambahan penerima Jamkesmas," katanya singkat.
**** Informasi penyaluran bantuan untuk Mistar, hubungi: redaksikcm@kompas.com
guys, yang udah baca dan mau membantu, hubungin emailnya.. let's help each other :D God Bless Us
Hello !!! Long Time No See !!!!
Kali ini aku mau promosiin salah satu event mendatang dari kelas aku nih..
Check it out!!
Teman-teman yang mau datang, yuuukk GRATIS lohh !! ada belajar membatik juga gratis :D yang mau buka STAND kerajinan tangan batik juga boleh, hubungi Mei 081280222530 ajah :D
Hi, guys.........meet us again, Orangetroops. Sorry for very...very late update. Today we will give you information about a school who has their own garbage bank. So check it out :D
This school's name is SMPN 11 at Jambi, Indonesia. At this time the school has had a recycling bin, known as waste bank. The advantages of the garbage bank is not only to address the garbage in the school environment, but also suitable for household waste. According to Principal SMPN 11 Jambi, Yonedi, with the waste bank, then the officer from Jambi City Sanitation Department, no longer need to collect garbage from the school he leads it. "This is as one of the results of our comparative study SMPN 8 Padang, West Sumatra, some time ago," said Yonedi, in his office.
He explained, from the results of a comparative study that teachers' board agreed to create a waste management in schools. For fertilizer, so they process waste compost. "So the bank built junk, the results sold to families of students and residents who are interested in school," he explained. Technical management of waste in the school bank is quite simple, where students split between organic and inorganic waste, and garbage collected at the bank within the school environment. Board of waste bank consisting of members Osis and supervised by a teacher coach, they will process organic waste into compost, while inorganic waste is collected and sold. With the bank's trash, it can cause economic value for the people and also can reduce the volume of waste in Jambi.
"There are six teams that handle waste management in this school," he explained again. Additionally, this school innovation continued pursuit predicate Pioneering International School (RSBI). One is the making of a waste management is done by the students independently. For the best designs will be given the reward of the school. This school has its own strategy in an effort to school RSBI. We build character building first rather than the pursuit of intellectual and value of accreditation.The school also continues to pioneer towards international quality. A new building is being build to meet school standards RSBI. Construction began this year and is planned over the next year.
Upon completion, each room will be some compulsory for school facilities RSBI. Previous class RSBI only one class, but within two years of his leadership, in SMPN 11 jambi City has had four classes RSBI. Not just stop physically improved, in terms of human resources of teachers continuously improved quality.7 people like dispatched envoys to conduct a comparative study of teachers outside the city of Jambi, Padang and Palembang. and a lot of new science that they find and then apply them in school. "To start the Sumatra first, then to Java and so new to overseas. Slowly, we adjust the existing funds," he said. For this year, the school will send students to study outside the school in Padang SMPN 5. Hopefully with the experience they get the students there could implement the discipline when they're learning in school. (Meli)
hello guys, long time no see.. hari ini kita terinspirasi dengan tayangan di salah satu berita di salah satu stasiun TV yaitu Jak TV mengenai sekolah yang bayar SPP dengan sampah plasti yang bisa di daur ulang.
Tahu dong kalau biaya sekolah saat ini semakin mahaal, biaya BOS dari pemerintah bahkan ada yang berjalan alot atau bahkan dikorupsikan. Nah, beberapa sekolah yang akan kita kasih tahu ke teman-teman adalah sekolah-sekolah yang menggunakan Sampah plastik sebagai pengganti uang SPP. wow! Kreatif sekali yah :D yuk cek it out !
PAUD Melati 3 di Depok Jawa Barat
Sekolah Pendidikan Anak Usia Dini ini mengusung konsep pembayaran uang sekolah dengan menggunakan sampah. Jumlah sampah yang diberikan tidak ditentukan namun harus merupakan sampah botol plastik yang bisa didaur ulang. Bagi yang mau membayar membayar uang sekolah dengan uang juga bisa yaitu Rp. 20.000,- namun tetap harus membawa sampah. Di tahun ketiga, jumlah siswa bahkan meningkat menjadi 50 padahal awalnya hanya 10 siswa. Pihak sekolah juga meminta anak untuk menabung, bukan menabung dengan uang, tetapi menabung dengan botol sampah.
Mereka beranggapan bahwa sampah botol plastik ini dapat dijual kembali dan bahkan di daur ulang. Kebijakan membayar uang sekolah dengan sampah ini awalnya dikarenakan dahulu ada siswa yang keluar dari PAUD karena tidak sanggup membayar uang sekolah sehingga akhirnya dibuatlah kebijakan unik ini. Pengelola PAUD dan guru-guru juga berharap hal ini dapat mengajarkan siswa untuk selalu membuang sampah pada tempatnya.
SMK PGRI Lawang di Jawa Timur
Nah di sekolah ini juga terdapat banyak siswa yang berasal dari keluarga yang kurang mampu. Sekolah ini juga menerapkan konsep pembayaran uang sekolah dengan sampah kemasan botol plastik minuman. Botol-botol atau gelas plastik itu kemudian ditimbang dan dihargai Rop. 6.000,- per kilogramnya. Jika setoran sampah melebihi biaya yang dibutuhkan, sekolah tetap fair dengan membayar kelebihan itu kepada para penyetornya.
Selain untuk membantu mengatasi kesulitan masyarakat tentang biaya sekolah, program ini juga bertujuan melatih siswa untuk bisa mandiri dan berwirausaha sembari masih sekolah, karena SMK kan mendidik siswa untuk terampil dan siap kerja. Sesampai di sekolah, sampah plastik tersebut diolah dengan mesin pencacah plastik yang dilakukan bersama-sama siswa jurusan daur ulang, sehingga siswa tahu dan mampu cara mengolah sampah plastik. Hasil olahan yang merupakan bahan setengah jadi itu, selanjutnya disetor kembali ke pabrik plastik di Lawang yang selama ini menjalin kemitraan dengan SMK PGRI Lawang.
Nah itu dia guys, 2 sekolah yang sudah menerapkan konsep pembayaran uang sekolah dengan menggunakan sampah plastik yang bisa didaur ulang. Semoga makin banyak yah pendiri sekolah yang tergerak hatinya untuk membuat kebijakan seperti ini juga bagi siswa-siswi yang kurang mampu. Semua yang mau belajar jadi punya kesempatan. Tenang, konsep seperti ini bukan mengajarkan atau menjadikan seorang anak menjadi pemulung loh, tapi membudayakan kebiasaan memanfaatkan sampah dengan benar :D (Mei)
Kulit telur? Semua orang pasti
memandang remeh dan menganggap kulit telur itu hanyalah sampah yang tak
berguna. Tapi jangan salah. Di tangan seorang seniman berbakat, kulit
telur bisa disulap menjadi kerajinan tangan yang memukau, laku di
pasaran internasional dan diakui MURI. Penasaran?
Umumnya,
ketika orang menggoreng telur, kulitnya akan langsung dibuang ke tempat
sampah. Tapi tidak demikian dengan Dwiyono. Pria setengah baya ini
justru akan menyimpannya sebagai benda berharga senilai jutaan rupiah.
Jika keluarganya sedang tak mengkonsumsi telur, ia akan mencari dan
bahkan rela mengeluarkan uang untuk membelinya dari tetangga, penjual
nasi goreng sampai pedagang martabak telur dengan kisaran harga Rp10.000
per kg. Aneh sekali kan. Memang buat apa sih kulit telur itu?
Bagi Teguh Joko Dwiyono, kulit
telur bernilai tinggi. Pendapatan kesehariannya saat ini bisa dibilang
tergantung dari kulit telur. Itu karena Dwiyono piawai mengkolaborasikan
darah seninya dengan kreatifitas serta ketrampilan. Melalui keluwesan
tangannya dalam mengolah limbah kulit telur, Dwiyono mampu menciptakan
karya seni berharga jutaan rupiah dan mengembangkannya menjadi bisnis
berprospek cerah.
Iseng
Bisnis seni dari kulit telur atau art of egg shell
bermula ketika sang istri, Eriyanti, sedang menggoreng telur di dapur.
Kulit telur yang dipecahnya berceceran di lantai dapur dan secara tak
sengaja diinjak oleh Dwiyono. Setengah terkejut, Dwiyono memperhatikan
buah ulahnya tersebut dan secara tiba-tiba tergagas sebuah ide menarik
untuk membuat sebuah kreasi seni rupa berbahan dasar kulit telur.
Iseng-iseng Dwiyono pun mulai berkreasi.
Berkali-kali Dwiyono menguji coba
sejumlah bahan dan cara untuk dapatkan karya seni yang fantastis. Lelaki
yang bercita-cita masuk ASRI/STSRI (Akademi/Sekolah Tinggi Seni Rupa
Indonesia) Yogyakarta namun gagal karena tak mendapat restu kedua
orangtuanya itu pun melakukan serangkaian percobaan memasang pecahan
kulit telur ke berbagai media. Aneka jenis lem dan telur, mulai dari
telur ayam, puyuh dan bebek, pun turut dipakai dalam percobaannya.
Setelah puas menjajal ramuan hingga kurang lebih 3 tahun lamanya,
Dwiyono akhirnya menemukan keramik sebagai media yang paling sesuai
untuk hasil kreasinya. Ternyata waktu tiga tahun itu tak sia-sia.
Dwiyono mengolah kerajinan seni dari serpihan kulit telur yang
sebelumnya bisa dibilang langka itu menjadi penghias vas, piring, lampu,
kursi, meja dan lukisan. Benda-benda cantik ini tentunya bisa
memperindah interior ruangan.
Berbagi rahasia dapur produksinya,
lelaki kelahiran Magetan, Jawa Timur, 12 Januari 1955 ini menjelaskan
mekanisme pembuatan art of egg shell. “Caranya gampang kok. Orang awam
juga bisa membuatnya,” ucap pemilik label Dwiyono Art itu. Ia
menerangkan, kulit telur hanya bahan dasar saja tapi yang terpenting
adalah teknik penempelan di medianya yang bisa berupa kaca, tanah
liat, keramik, kayu dan lukisan. Tantangan terbesar dalam proses
pengerjaan seni ini menurut Dwiyono di media lukisan karena rumit dan
butuh ketelitian tingkat tinggi.
Tahap pertama, cuci telur sebersih
mungkin sampai kulit arinya mengelupas kemudian jemur di bawah terik
matahari antara 2-3 jam. Setelah kering, kulit telur tadi ditempel
dengan lem kayu sambil ditekan-tekan di mediannya. Lakukan proses itu
hingga muncul bintik-bintik putih yang menjadi poin plus dari hasil
kreasinya tersebut. Usai menempel, gosok kulit telur dengan amplas besi
atau aluminium hingga keluar pori-pori di antara sel-sel telurnya.
Sesudah itu, olesi semen putih dan warnailah sesuai selera. Langkah
terakhir, gosok dan lapisi dengan bahan pelapis. “Praktis kan! Gak perlu
melalui proses pembakaran pula,” ujar Dwiyono.